Bukan hanya merunduk, Padi mengajarkan kita untuk punya banyak anak untuk mencapai kemakmuran. Padi dengan anakan yang sedikit hanya bisa tumbuh stagnan dan punya resiko besar untuk gagal balik modal. Petani meraup untung dari anak Padi yang banyak.
Padi juga mengajari kita untuk memperkuat pondasi akar untuk menunjang pertumbuhan rumpunnya. Akar itu bisa dimaknai budaya sebagai penopang kehidupan. Akar yang mentok, tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan anakan Padi yang semakin besar akan semakin banyak kebutuhan nutrisinya.
Bukan hanya akar yang kuat. Batang yang kuat juga sangat penting. Inilah pilar yang akan menjaga eksistensi Padi agar kuat menghadapi amukan musim.
Pilar yang rapuh akan meruntuhkan harapan banyak petani. Karena nantinya buah yang dihasilkan bukan hanya sekedar merunduk, tapi malah tertelungkup karena pilarnya rubuh.
Ilmu Padi bukan sekedar kejumawaan, semakin berisi semakin merunduk, tetapi juga mengajarkan keberanian melawan jaman, musim yang keras harus ditantang dengan pilar yang kokoh.
Dengan akar yang kuat dan batang sebagai pilar yang kokoh, kita akan menikmati keindahan Padi yang menyatu dengan semesta.
Daunnya akan tampil indah dan menyatu dengan semesta. Ia akan menyerap energi dari sinar matahari yang 'duduk' tenang dengan gejolak nya di angkasa luar sana.
Dengan daunnya, Padi akan menyerap karbon di udara untuk memperkuat sel-selnya, menyatukan berbagai saripati dari tanah untuk diolah di dapur mereka, sehingga akhirnya memunculkan bunga-bunga Padi yang siap kawin mawin.
Lalu pada akhirnya, terjadilah proses pembuahan dan pengisian buah, hingga akhirnya buah matang dan siap dipersembahkan pada manusia.
Bayangkan, kita sebagai manusia menikmati suatu proses alami Padi yang telah melewati sebuah perjalanan drama semesta.
Apakah kita akan menafikan kesyukuran yang besar itu?
Sallangku..
